Minggu, 25 September 2011

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA ERA GLOBALISASI

Belakangan diketahui bahwa salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak adalah karena perkembangan pesat teknologi informasi. Implementasi internet, electronic commerce, electronic data interchange, virtual office, telemedicine, intranet, dan lain sebagainya telah menerobos batas-batas fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sistem informasi. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik.

Tidak berlebihan rasanya jika salah satu pakar IBM menganalogikannya dengan perkembangan otomotif sebagai berikut: “seandainya dunia otomotif mengalami kemajuan sepesat teknologi informasi, saat ini telah dapat diproduksi sebuah mobil berbahan bakar solar, yang dapat dipacu hingga kecepatan maximum 10,000 km/jam, dengan harga beli hanya sekitar 1 dolar Amerika !”. Secara mikro, ada hal cukup menarik untuk dipelajari, yaitu bagaimana evolusi perkembangan teknologi informasi yang ada secara signifikan mempengaruhi persaingan antara perusahaan-perusahaan di dunia, khususnya yang bergerak di bidang jasa. Secara garis besar, ada empat periode atau era perkembangan sistem informasi, yang dimulai dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Keempat era tersebut (Cash et.al., 1992) terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer yang sedemikian pesat, namun didukung pula oleh teori-teori baru mengenai manajemen perusahaan modern. Ahli-ahli manajemen dan organisasi seperti Peter Drucker, Michael Hammer, Porter, sangat mewarnai pandangan manajemen terhadap teknologi informasi di era modern. Oleh karena itu dapat dimengerti, bahwa masih banyak perusahaan terutama di negara berkembang (dunia ketiga), yang masih sulit mengadaptasikan teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi, maupun teknologi informasi karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat yang mempengaruhi behavior sumber daya manusianya. Sehingga tidaklah heran jika masih sering ditemui perusahaan dengan peralatan komputer yang tercanggih, namun masih dipergunakan sebagai alat-alat administratif yang notabene merupakan era penggunaan komputer pertama di dunia pada awal tahun 1960-an.

Konsep keunggulan kompetitif dalam operasional perusahaan

keunggulan kompetitif perusahaan dapat dibangun di atas salah satu dari tiga disiplin nilai. Pertama, operasional prima (operational excellence).
Perusahaan yang menggunakan strategi ini berupaya mencapai biaya paling
efisien pada setiap proses bisnis yang menghasilkan kualitas jasa dan
barang sesuai harapan pelanggan. Kedua, keakraban dengan pelanggan (customer intimacy).
Perusahaan yang menggunakan strategi ini mempertahankan bisnis dengan
menunjukkan pemahaman luar biasa pada kebutuhan dan harapan pelanggan
melebihi rata-rata kompetitor. Ketiga, produk atau layanan yang
senantiasa inovatif dan terdepan (product leadership).

Perusahaan yang menggunakan
strategi ini membangun keunggulan kompetitif dengan terus-menerus
menciptakan produk atau layanan yang paling canggih, paling baik,
paling inovatif.

Manajemen puncak, manajer madya dan karyawan perlu memahami implikasi
setiap strategi. Perbedaan tema strategi membutuhkan seperangkat
indikator keberhasilan (key performance indicator – KPI) yang
berbeda pula. Menjalankan bisnis seperrti biasa, akan mendapatkan hasil
yang biasa-biasa. Menjalankan bisnis dengan luar biasa, dengan disiplin
eksekusi strategi, akan memberikan hasil yang lebih baik.

Pada perusahaan dengan orientasi operasional prima (operational excellence),
pekerjaan rumah manajemen ialah memastikan seluruh karyawan untuk
selalu berpikir mengenai efektifitas biaya. Apakah ada item biaya yang
dapat dikurangi. Di mana terjadi pemborosan biaya. Bagaimana bila biaya
dikalkulasi berdasarkan aktifitas (activity based costing). Pemicu biaya (cost driver) mana yang perlu distudi. Mana aktifitas yang tidak memberi nilai tambah. Aktifitas berbiaya (cost activities)
mana yang perlu dihilangkan. Mana item biaya yang paling besar. Apakah
ada kemungkinan aktifitas dikerjakan bersama-sama sehinga total biaya
lebih murah (shared services, shared activities), dan seterusnya. HP secara disiplin menggunakan mainstream strategi ini. Maka kita melihat betapa harga printer dan PDA mereka meluncur turun untuk merangsek pasar.

Pada perusahaan dengan orientasi keakraban pelanggan (customer intimacy)

maka harus dipastikan semua
karyawan memahami dengan benar arti penting pelanggan. Siapakah
pelanggan. Bagaimana perilaku pelanggan yang dihadapi. Hal-hal apa yang
paling disukai pelanggan. Apa yang membuat pelangan tidak puas dan
lari. Bagaimana menciptakan customer delight. Bagaimana membuat
pelanggan loyal. Bagaimana meningkatkan wallet share pelanggan.
Bagaimana memaksimalkan profitabiltas pelanggan, dan seterusnya.
Microsoft meluncurkan Windows XP berbahasa Indonesia

Beberapa teori keunggulan kompetitif di dunia maya menganjurkan agar paling tidak 7 (tujuh) aspek harus menjadi perhatian dari sebuah perusahaan, yaitu masing-masing yaitu:

  1. Customer Service
  2. Price
  3. Quality
  4. Fulfillment Time
  5. Agility
  6. Time to Market
  7. Market Reach

Kondisi ketujuh aspek tersebut akan sangat menentukan posisi perusahaan di dalam kancah persaingan di dunia maya.

Strategic Uses of Information Technology

Sebelum Teknologi Informasi diterapkan pihak pengambil keputusan harus yakin dan dapat meyakinkan semua pihak terutama para pustakawan bahwa Teknologi Informasi ini akan membawa PNRI lebih baik dan menguntungkan semua stakeholder-nya. Untuk mendapatkan keyakinan tersebut maka harus disusun strategi jitu untuk pengimplementasian Teknologi Informasi yang diharapkan bisa menjamin manfaat TI yang diperoleh akan sebanding dengan investasi yang ditanam, dan mengatasi permasalahan pertumbuhan teknologi yang sangat cepat. Di atas itu semua strategi Teknologi Informasi ini tentunya harus sejalan dengan strategi organisasi PNRI. Beberapa alasan kenapa perencanaan strategis harus dibuat, yang pertama adalah karena sumber daya yang dimiliki organisasi sangat terbatas, sehingga harus digunakan seoptimal mungkin. Kedua, untuk meningkatkan daya saing atau kinerja organisasi, karena para kompetitor memiliki sumber daya teknologi yang sama dan pembedanya nanti adalah siapa yang memiliki eksekusi terbaik. Alasan ketiga adalah untuk memastikan bahwa aset TI dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan profitabilitas organisasi, baik berupa peningkatan pendapatan (revenue) maupun pengurangan biaya-biaya (costs). Keempat adalah untuk mencegah terjadinya kelebihan investasi (over investment) atau kekurangan investasi (under investment) di bidang TI. Dan alasan terakhir adalah untuk menjamin bahwa TI yang direncanakan dan dikembangkan benar-benar menjawab kebutuhan bisnis organisasi. Tidak semua produk TI tergolong baik, dari sekian banyak produk yang ditawarkan, lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil. Sebab itu pada tahap persiapan dan perencanaan, akan dianalisa dan diusulkan beberapa skenario atau pilihan (options), dimana setiap skenario memiliki variabelnya masing-masing seperti biaya (costs), manfaat (benefits), resiko (risks), dampak (impacts), tingkat kesulitan (complexity), hambatan (constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Para pengambil keputusan juga harus mempelajari arah dan perkembangan TI secara global agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan teknologi yang diterapkan dan dikembangkan di organisasi. Maka harus dilakukan pemilahan terhadap teknologi mana saja yang masih dalam tahap percobaan atau perkenalan (infancy/emerging), perkembangan (growth), stabil (mature), dan mulai ditinggalkan (facing out). Tentunya dalam pembuatan sistem jangka panjang dan perencanaan harus diperhatikan agar jangan sampai menggunakan metode atau teknologi yang sudah mengarah ke teknologi basi (facing out). Salah satu metode yang bagus adalah dengan melakukan penelitian terhadap penerapan Teknologi Informasi di perpustakaan-perpustakaan nasional di negara-negara lain, sehingga menjadi acuan bagi PNRI. Namun harus diingat bahwa suatu sistem yang berhasil di tempat lain belum tentu sesuai dan berhasil di tempat kita, karena tentunya ada beberapa kondisi dan karakteristik yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Salah satu dari unsur Teknologi Informasi tersebut adalah brainware, yang merupakan unsur paling kritikal melebihi unsur lainnya (software dan hardware). Jika diibaratkan hardware dan software adalah senjatanya, maka penentu utamanya tetap adalah man behind the gun yaitu dalam hal ini brainware. Manusia (brainware) yang akan mengimplementasikan sistem informasi yang dibangun, mengembangkan TI sejalan dengan perkembangan organisasi di masa mendatang, serta penentu srategi kebijakan TI itu sendiri. Oleh karena itu untuk tahap awal perlunya kita mengarahkan perhatian pada pembenahan faktor brainware dalam memulai penerapan TI di PNRI, sambil secara paralel melakukan persiapan dan perancangan sistem yang matang. Kemudian sektor SDM pun harus didukung, dan digabungkan dengan Teknologi informasi.

Membangun Customer Focused Bisnis

Inilah kondisi ril yang terjadi
saat ini. Suatu tantangan besar yang harus dihadapi oleh produsen atau
pihak pabrikan tak terkecuali yang bergerak di bisnis layanan atau
jasa. Customer focused menjadi kata kunci yang sangat krusial.

Customer focused tidak hanya diperhatikan pada saat penjualan atau sampai tahap pemakaian produk oleh konsumen. Pola pikir Customer focused perlu dibagun sejak dari proses awal. Mulai dari perencanaan dan perancangan produk baru, suara konsumen (voice of customer) harus dianalisa dengan baik.

Value seharusnya
dibangun berdasarkan perspektif kebutuhan pelanggan. Sudah banyak
contoh perusahaan atau unit bisnis yang di waktu lampau sangat besar
dan perkasa, kini tinggal nama akibat ditinggalkan customer.

Kualitas produk yang rendah, layanan customer service
yang lambat dan bertele-tele, barang yang tidak tersedia ketika
konsumen ingin membeli, produk yang tidak nyaman, buku panduan (owners manual)
yang kurang jelas dan membingungkan, fitur yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis, harga yang tidak kompetitif, pelayanan yang terlalu
lama dan kurang ramah, pemakaian dan penyetelan (setting) produk yang
sulit dan membingungkan, serta sejumlah “nilai minus” lainnya merupakan
hal dan kondisi yang tidak diinginkan konsumen.

Customer focused juga berarti memberikan yang terbaik bagi konsumen dan menjadikannya puas akan sejumlah rupiah yang dikeluarkan. Value yang didapatkan konsumen harus lebih besar dari harga (price) yang mereka bayarkan.

Value Chain & Strategic Informastion System

untuk lebih memahami kegiatan
melalui suatu perusahaan yang mengembangkan keunggulan kompetitif dan
menciptakan nilai pemegang saham berguna untuk memisahkan system bisnis
menjadi serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai di sebut sebagai
value chain.

1985 dalam buku competitive
advantage,Michael porter memperkenalkan model value chain generic yang
umunya untuk berbagai perusahaan.

Re-engineering Bussiness Process

Dalam ilmu computer dan
manajemen suatu pendekatan yang bertujuan perbaikan dengan cara
menaikan efisiensi dan efektivitas dari proses bisnis yang ada di dalam
dan seluruh organiasi. Kunci untuk bagi organisasi untuk melihat proses
bisnis mereka dari yang bersih persepektif dan menentukan bagaimana
mereka dapat membuat proses ini yang terbaik untuk meningkatkan cara
mereka menjalankan bisnis

Menciptakan Virtual Company

Membantu Untuk membangun sebuah Virtual Company, ada beberapa komponen yang dapat digunakan, diantaranya :EmailHampir semua company menggunakan email dalam proses komunikasi, kapanpun dan dimanapun.Sistem yang otomatis dan mudah digunakanMenggunakan suatu apikasi sistem informasi yang bekerja secara otomatis untuk menggantikan pegawai secara langsung, dengan demikian waktu yang digunakan lebih efisien.Digital companyMembuat elektronik company secara on-line.dengan system online , pegawai dapat bekerja kapanpun dan dimanapun.MonitoringMempermudah memonitor apikasi situs webInfrastrukturSarana infrastruktur akan dibutuhkan untuk menjalankan konsep sebuah VC.Motivasi Memotivasai user agar on-lineuser-friendly

Membangun Knowledge Creating Company

Membangun Knowledge Creating Company dibutuhkan poin-poin penting yaitu :

1. Important knowledge in Company :

- Cara menghadapi persaingan global.

- Cara menjaga kepuasan pelanggan.

- Cara mengantisipasi dinamika persaingannya secara tepat melalui pengembangan virtual Lego Factory.

- Cara menghadapi arena persaiangan dengan film-film yang sedang beredar dengan kualitas box-office, misalnya Star Wars dan Harry Potter.

- Melaksanakan program restrukturisasi yang terdiri dari downsizing dan downscoping.

2. Cross cultural interfaces & Knowledge domain :

- Lego Group mengirimkan produknya kepada retail-retail kecil yang terdapat di dalam database Lego Group sejak tahun 1950.

- Penjualan saham Legoland (Taman Bermain Lego) kepada Blackstone senilai US$450 juta dan penglepasan aset non-produktif di AS, Korea Selatan, dan Australia merupakan bentuk divestasi Lego dalam kaitannya dengan program turn around. Divestasi ini menghasilkan efektivitas dan efisiensi perusahaan yang secara langsung meningkatkan kinerja Lego.


Sumber: http://community.gunadarma.ac.id

http://www.mrizky.com